![]() |
Aboutcirebon.id |
![]() |
Youtube.com |
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEidtWq3FFXHCgXe2X-yLwAEUpEEZDFRBeC7pS_GRP8xwxBZK-ow-TZJrJTlbzrDYo8oiixObnBGOTMwJuAJ-JR4ffuDKUYcqFcb1neeYMkXAx12npFYLRqUbXJ-xx3hUjOcVwbwqZD0E8k/s320/ii.jpg)
Udah
di klik dan fix tinggal bayar tiketnya aku pilih bayar di alfamart, aku telepon
deh Bapak yang lagi di luar rumah untuk cepat pulang buat nganterin aku ke
Alfamart karena udah malam kan? Sedangkan waktu pembayarannya diberi waktu
sekitar 30 menitan. Eh, setelah Bapak sampe rumah diperlihatkan jadwal kereta yang
aku pilih di komplen sama beliau katanya pulangnya kesorean mending cari yang
agak malaman aja takut ketinggalan kereta kan Jakarta macet jadi takut nggak
kejangkau waktunya. Baiklah aku nurutin aja dah, aku otak-atik lagi tuh
aplikasi Traveloka dengan merubah tiket perjalanan pulang yang tadinya 17.20
WIB jadi diganti 20.30 WIB. Fix ini udah aku klik tinggal bayar. Bergegaslah ke
Alfamart untuk pembayaran Traveloka. Sudah sampai ke Alfamart untuk bayar tiket
sama Masnya di kasih struk pembayaran doang, “loh Mas tiketnya mana? Terus kalo mau Check in gimana caranya?” eh dia bingung
“sebentar mbak aku tanya dulu.” Lah…Masnya belum ngerti, di panggilah teman
karyawannya. “nanti tunjukin struk pembayarannya aja mbak kalau mau berangkat.”
“Nggak
usah pake kode booking gitu?” kataku,
eh dia juga masih bingung. “mungkin ini deh mbak kodenya” si mbaknya nunjukin
di struk pembayaran. “oh gitu? Makasih” aku bergegaslah pulang dengan pikiran
yang masih penasaran dan parnoan, duh…udah bayar kalo nggak jadi berangkat
gimana ya. Kan uangnya lumayan gede tuh. Sampe rumah aku otak-atik lagi, eh ada
kode bookingnya di bagian pesanan kereta trus juga dapat sms dan email.
Baiklah, agak sedikit lega tapi karena aku orangnya parnoan banget sih. Aku googling aja terus menerus gimana
caranya cetak tiket mandiri di stasiun, aku juga lihat youtube cara pesan tiket kereta di Traveloka dan cara pembayarannya
karena takut salah. Eh, ternyata yang aku lakukan sudah benar. Aku masih parno
di keretanya bagaimana duduknya takut salah, masuk keretanya takut salah
tujuan.
Hari
ini aku googling lagi tuh, tanggal 6
Mei 2018 aku baca-baca cara sudah booking
tiket kereta api di traveloka sampe keberangkatan bagaimana. Dan ada salah
satu artikel aku baca untuk segera di cetak dan tidak boleh lebih dari 12 jam,
waduh…aku parno lagi deh. Aku langsung aja ngajakin Adek yang lagi leyeh-leyeh
manja tidur siang untuk pergi ke stasiun. Joslah pergi secepatnya kurang lebih 30 menit sampai di stasiun deh, eh si Adek malah salah parkir motor, nggak
ambil karcis parkir terus si adek balik lagi untuk minta dipenjaga parkir.
“lah…motor mah nggak usah minta karcis” kata bagian karcis. Ya sudah aku masuk
stasiun. OMG…aku melankolis lihat orang pada berpelukan untuk melepas kepergian
di kereta. Sedih deh sekaligus lebay sih. Aku mulai fokus lagi ke permasalahan
yang sedang aku hadapi, bingung nanya ke siapa ya? Ah, aku dengan pede-nya masuk ke ruangan costumer service, “sudah ambil antrian
mbak?” kata siswa yang lagi bertugas PKL (Praktek Kerja Lapangan). “Belum”
kataku. “Mari aku anter” serba online
deh kali ini, berhubung ini baru pengalaman pertama jadi kelihatannya
ribet sih.
Masuklah
aku di bagian costumer service
karyawannya ramah, “ada yang perlu saya bantu mbak?” katanya. “begini mbak aku
kan sudah pesan tiket di traveloka, nah untuk cetak e-tiketnya di mana ya? Untuk hari Rabu sih tanggal 9 Mei”
“boleh
aku cek nomor bookingannya mbak?” aku
serahinlah handphone ke si mbaknya.
“oh,
mbak nanti nge-klik aja di mesin warna orange”
Aku
tanya lagi deh, “kalau untuk perjalanan pulangnya bisa ambil e-tiket di stasiun
yang sama Mbak?”
“Kalau
untuk pulang ambil e-tiket di stasiun yang akan pulang Mbak.” Baiklah aku agak
sedikit paham sih prosedurnya.
Aku
nurutin si mbak tadi, masih bingung kan ngekliknya gimana, aku suruh aja siswa
yang lagi PKL untuk ngetikin, ternyata mudah langsung keluar itu tiket.
Karena masih penasaran aku tanya lagi deh sama siswa itu, “Neng kalo udah di
cetak nanti tinggal masuk aja ya?”
“Iya
mbak tapi ke boarding pass dulu”
sedikit siswa itu menjelaskan. Baiklah, aku langsung pulang dan agak sedikit
tenang. Eh, sampe rumah nih kepikiran lagi duh…kalo nanti saat keberangkatan
bermasalah di boarding pass bisa
gawat, nggak jadi gimana? Mungkin aku nih parnonya udah akut ya. Sebelum
perjalanan hari Rabu, 9 Mei 2018 mungkin aku masih kepikiran dan nggak bisa
tidur terus. Nantikan ya perjalananku ke Jakarta, bermasalah atau nggak?
Bismillah lancar. Nanti aku akan cerita lagi setelah hari rabu ya.
Hari
Rabu, 09 Mei 2018 sekitar pukul 5.40 WIB aku berangkat dari rumah menuju
stasiun dengan keadaan hati yang kacau pikiran parno, butuh waktu 30 menit dari
rumah ke Stasiun Jatibarang (Indramayu). Sampailah pada Stasiun Jatibarang
dengan diantar oleh Bapak. Lalu kami langsung ke boarding pass, alhamdulillah sampai boarding pass lancar-lancar aja tidak
bermasalah, tinggal kepikiran di Stasiun Gambirnya saat pulang
nanti. Iya, saya berangkat dari Stasiun Jatibarang-Jatinegara dan pulang dari
Stasiun Gambir-Jatibarang. Setelah ke boarding pass aku masuk ke pintu
keberangkatan menunggu kereta Cireks (Cirebon Ekspres) tiba, eh ternyata bertemu dengan
rekan kerja mengantrakan istrinya pergi ke Jakarta juga dengan gerbong yang
sama dan turun di Stasiun yang sama yaitu Jatinegara, agak lega sih turunnya nggak
culun-culun amat nanti.
Waktu menunjukan pukul 6.23 WIB kereta sudah
datang, kami berpamitan pada Bapak ke Jakarta. Kami langsung
naik dan mencari tempat duduk, akhirnya kami jadi ke Jakarta. Aku masih aja
katrok, di saat penumpang lain bawa makanan di kereta, lah aku dengan cupunya
nahan lapar, ya mau nggak mau beli air minum dan makanan di kereta. Aku tengok
di samping kananku ibu-ibu yang akan ke pasar Tanah Abang bawa makanan banyak
banget, udah gitu berisik banget foto sana-sini dengan teman-temannya. Apa
mungkin aku pesannya yang ekonomi bukan eksekutif atau bisnis?
Kurang
lebih 2 jam 30 menit perjalanan Indramayu-Jakarta, aku menikmati perjalanan
naik kereta. Menikmati kelancaran nggak macet, dihargai, ya karena kalau ada
kereta lewat kan mobil, motor di jalan pada berhenti gitu. Setelah 2 jam 30
menit sampailah di Stasiun Jatinegara, turunnya bisa bareng dengan istrinya
rekan kerjaku, dan kami berpisah di stasiun karena beliau akan naik KRL
sedangkan aku menunggu jemputan sepupu yang siap mengantarkan ke Cikini
kebetulan sepupuku ojek online.
![]() |
capangker.com |
Welcome
to Jekartdaah… gitu kan kebanyakan orang kalau on the way Jakarta. Setelah aku
telponin, eh ternyata sepupuku sudah sampai duluan. Dia siap mengantarkan aku
ke Cikini. Sekitar 30 menitan dari Stasiun Jatinegara ke Taman Ismail Marzuki,
di jalan kami ngobrol banyak hal dengan sepupu yang sudah lama nggak pulang
karena kesibukan kerja di restoran dan ojek online, nggak kerasa sudah
sampai. Sepupuku bilang kalau sudah selesai tinggal hubungi aja nanti
bisa di jemput. Baiklah… aku nikmati Taman Ismail Marzuki yang sekian lama baru
bisa datang lagi, menikmati seni, sastra yang luar biasa, makan di dekat IKJ
dengan soto betawi yang super yahud enaknya. Adekku sepertinya mulai agak bosen karena dia tidak terlalu suka dengan sastra, dia ingin banget rasain
nge-mall di Jakarta. Oke, baiklah… aku
googling mall yang dekat dengan Cikini, keluarlah beberapa pilihan dan
pilihanku tertuju pada Atrium Plaza. Transportasi cukup dengan transportasi
online, mungkin perbedaannya kalau di Jakarta menunggunya agak lama karena di
jalanan macet dan bisa jadi tarif di naikan karena macet.
![]() |
kumparan.com |
Sekitar
10 menit dari Taman Ismail Marzuki ke Atrium, dengan rasa yang dag dig dug
karena pertama kali naik transportasi online di Jakarta, pikiran parno
menyelimuti pikiranku lagi, karena sempat baca berita di sosial media sebelum berangkat ke Jakarta ada yang
di begal dalam taksi online, aku screenshot deh beritanya beserta plat nomor
mobilnya. Alhamdulillah, Allah itu Maha baik kami selamat sampai Atrium, Bapak
supir taksi online itu mengantarkan sampai depan lobby. Emang dasar katrok
banget sih lihat Mall Jakarta murah-murah beli ini, beli itu mumpung di Jakarta
kata Adek. Dan Adek bilang ke aku, dia ingin kuliah di Jakarta biar mewujudkan
cita-citanya menjadi seorang model. Setelah muter-muter di Atrium tujuan kami
berikutnya “Monas” ikon dari kota Jakarta. Abaikan tarif yang di naikan yang
penting bisa sampai di tempat tujuan. Pesanlah transportasi online, kami
menunggu di Lobby beberapa menit dan cukup lama sih, karena Jakarta selalu
macet.
Dengan
plat nomor polisi yang sama seperti yang di pesan kami masuklah dalam mobil,
supirnya humble banget ngajak aku ngobrol banyak tentang Jakarta, tentang
tempat wisata yang setiap hari senin tutup. Aku jadi tahu kalau hari senin
kebanyakan tempat wisata di Jakarta diliburkan, kata Bapak tadi karena hari
minggu pengunjung cukup banyak. Aku takut aja di apa-apain di jalan karena aku
cupu bukan di daerah sendiri yang tidak tahu jalan. Alhamdulillah, Allah Maha
segalanya. Kami sampai di Monas, Bapak tadi menurunkan aku tepat sekali di
dekat orang yang akan berdemo, wah… seru sekaligus ngeri sih. Ini pengalaman
baru untukku. Kami masuk dari depan IRTI muter-muter nyari pintu masuk ke
halaman Monas, jalan kaki sampe pegel banget sih. Nanya ke orang eh malah minta di
ajak ikut demo, nanya ke petugas deh akhirnya. Kaki kerasa pegel banget, kami
nikmati deh taman monas yang adem banget. Ada yang bersama keluarga, pacar, ada
pula yang pepet-pepetan. Hehe…
Aku
kira menuju ke Tugu Monas cuma dengan jalan kaki, ternyata ada kereta yang
siap mengantarkan ke Tugu. Udah kaki pegel banget tapi aku nikmati sih
keindahan Monas sebagai pusat kota Jakarta. Semakin sore semakin ramai. Ada
lagi kendala untuk masuk ke Tugunya gimana, muter-muter nggak ketemu. Kali ini
nggak perlu tanya karena di depan aku ada orang yang bertanya duluan. Kami
mengikuti dua orang yang juga akan masuk ke Tugu. Eh ternyata masuknya dari bawah tanah,
bangunannya sungguh luar biasa sih, ini gimana bangunnya ya sempat mikir juga.
Berharap naik sampai ke tugu emasnya tapi cuma bisa sampai cawan karena
tiketnya habis. Liburan murah meriah beserta edukasi sih ini, potretnya dapat,
edukasinya juga bertambah. Nggak cuma ngerasain capek aja tapi kita punya ilmu
yang di dapat. Kami cukup lama menghabiskan di Monas hingga malam. Karena malam
di Monas jadi semakin lebih indah sih. Mencari oleh-oleh miniatur Monas yang murah
meriah. Setelah Isya kami bergegas ke stasiun, sepupuku menelponku akan jemput
di Cikini, eh aku udah di Monas dan dekat dengan Gambir, tap aku lebih memilih
taksi online lagi sih karena jalan kaki sudah kerasa capek banget. Supir taksi
online-nya juga merasa heran karena jarak antara Monas dan Stasiun Gambir kan
dekat, katanya barangkali mau di cancel karena menunggu lama dan terjebak macet.
Aku bilang, tetap menunggu aja karena masih lama juga kalau menunggu di
stasiun. Ya, jadwal keretaku sekitar pukul 20.30 WIB. Kami menunggu taksi
online depan IRTI dengan orang-orang yang juga menunggu, ada pula yang mau ke
studio indosiar nonton acara dangdut.
Setelah
beberapa menit datanglah taksi online, dengan supir yang baik orang Bandung.
Dia mengantarkan aku dan Adek sampai depan pintu masuk stasiun, Alhamdulillah…
kami langsung bergegas mengurus e-tiket di tiket mandiri, lumayan antri karena
besok hari libur paskah. Jadi banyak yang mudik. Dengan tangan yang gemeteran
aku ngetik kode booking kok susah, eh
kata mas yang di belakang, “mbak itu tanda centangnya belum di klik” oh iya aku
kurang teliti. Alhamdulillah… sudah di cetak tanpa kendala, tinggal masuk ke
boarding pass menunjukan tiket, KTP beserta kartu pelajar Adek. Kami akhirnya
masuk dan mencari terminal berapa dengan berulang kali bertanya petugas kami
sampai. Petugas kereta yang baik itu sampai menemani aku naik lift hingga
sampai lokasi menunggu Alhamdulillah tiada henti mengucap rasa syukur. Kami
menunggu dan membeli jajanan untuk oleh-oleh dan ganjal perut di kereta karena
sampai Jatibarang sekitar pukul 23.00 WIB. Kami menunggu duduk di kursi di atas peron sambil menikmati lampu Ibukota beserta Ikonnya.
Tidak lama kemudian kereta Cirebon
Ekspres datang, kami mencari gerbong 3 ekonomi. Adek dengan semangatnya mencari
lalu masuk dan mencari tempat duduk. Sekitar 30 menitan kereta berhenti. Alhamdulillah…
mencari tempat duduk tidak sulit. Nomornya pun hampir sama seperti saat berangkat cuma
bedanya ketika pulang kereta jalannya mundur itu Adek dibikin terheran-heran
dan katanya pusing, perjalanan yang cukup lucu sih ini.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhRlSE6CZJ9XKW5fDT32aEpnMLVa3dWkOX1wNA6-61FPDWGKcJRHWnd-MeQIGg4U4jC3hkdJO5HbQ9OQPJg-kXtSGukiLXSDi3pUEXLBrsMWpVNts7Dd74KtRE6hMO3C-XeN69pa0q6JBc/s320/m.jpg)
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhiGcoNKzfGYha7wYKO5j6XUOcXOhBJParajf4W6h0uq8rgeECFDoQCJl2RskpkccYd0eq3tzpzV-ckXSaUl2kypcyoasRMQZTjdYqsJwDCtUu0KnHZZVct1scLEvNZxRiW_7_vsX-2oS8/s320/4.jpg)
![]() |
Monas dari Stasiun Gambir |
Setelah perjalanan 2 jam 30 menit kami
kembali ke Indramayu dan sampai di stasiun jatibarang lagi
dengan selamat, Alhamdulillah… Allah Maha baik senantiasa melindungi. Semoga
senantiasa melindungi. Dan perjalanan Jakarta menyimpan banyak cerita dan
mungkin tidak perjalanan Jakarta saja, di setiap perjalanan sekalipun pasti
banyak menyimpan cerita. Tapi ini yang menurutku menarik saja. Orang-orang
Jakarta masih banyak yang baik dan jujur. Bersyukur Alhamdulillah… Pesannya untuk para Traveler tetaplah jaga diri dan selalu minta perlindungan sama Allah. Happy Travelling.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar