Sabtu, 07 Juli 2018

MY JOURNEY IN JAKARTA



Aboutcirebon.id
Mungkin ceritaku agak sedikit kaktrok sih, tapi ini hanya sekedar berbagi pengalaman untuk yang pertama kali naik kereta. Oke, aku akan ceritakan dari awal ya. Minggu lalu aku lihat di FB akan ada pameran art dan teater di Taman Ismail Marzuki Jakarta. Aku ingin sekali hadir karena sudah lama tidak menggauli sastra lagi jadi seolah haus dengan bidang sastra. Maklum, setelah lulus kuliah Pascasarjana aku tidak bekerja dalam bidang sastra. Berhari-hari mikir tuh, hadir atau enggak ya? Ah, aku mencoba nekat aja hadir. Biasanya supirku selalu setia mengantarkan kemanapun aku ingin pergi tapi kali ini, Bapakku menyarankan untuk naik kereta api. Yah, sedih nggak tuh? Di pikir-pikir lagi ya udahlah ya nekat anggap ini pengalaman untukku agar berani sendirian ke Jakarta. Eh nggak sih, Adekku juga ikut. 

Youtube.com
Tanggal 4 Mei 2018 pada hari Jumat aku iseng buka-buka Traveloka, awalnya cuma lihat-lihat paket liburan ke Bali, ke Padang, Jogja. Hehe, maklumlah aku terlalu lama nggak liburan jauh karena belum sempat ada waktu untuk libur panjang. Eh di Traveloka ada tiket kereta api juga, aku buka-buka tuh dari Stasiun Jatibarang ke Jakarta, biar lebih meyakinkan aku nanya ke sepupu yang dekat dengan Cikini itu Jakarta apa. Sepupuku bilang, dari Stasiun Pasar Senen bisa, dari Stasiun Jatinegara juga bisa. Kebetulan di Traveloka ada tuh yang ke Stasiun Jatinegara sekitar jam 6.23 pagi, yang lainnya malam atau nggak dini hari. Aku klik deh untuk booking tiket Pulang-Pergi di Traveloka, isi data diri dan lain sebagainya. Aku memilih kereta Cirebon Ekspress untuk perjalanan Pulang-Pergi. Karena sesuai dengan waktunya. 


Setelah data sudah lengkap tinggal memilih tempat duduk untuk di kereta, duh… aku sempat kebingungan di sebelah mana tempat yang paling cocok dan nyaman, parno aja takut tempat duduknya pisah dengan Adekku. Mikir tuh lama banget sambil tekan tombol tempat duduk, sampe waktunya abis di ulang lagi dari awal deh otak-atik lagi mulai awal isi biodata dan lain sebagainya. Maklumlah aku mah orangnya perfecsionis dan parnoan. Apalagi ini pengalaman baru, pengalaman pertama menggunakan Traveloka untuk naik kereta. Otak-atik tuh lama banget dah pokoknya, kalo aku jadi ticketing mungkin udah di tinggal sama konsumen, hehe…
Udah di klik dan fix tinggal bayar tiketnya aku pilih bayar di alfamart, aku telepon deh Bapak yang lagi di luar rumah untuk cepat pulang buat nganterin aku ke Alfamart karena udah malam kan? Sedangkan waktu pembayarannya diberi waktu sekitar 30 menitan. Eh, setelah Bapak sampe rumah diperlihatkan jadwal kereta yang aku pilih di komplen sama beliau katanya pulangnya kesorean mending cari yang agak malaman aja takut ketinggalan kereta kan Jakarta macet jadi takut nggak kejangkau waktunya. Baiklah aku nurutin aja dah, aku otak-atik lagi tuh aplikasi Traveloka dengan merubah tiket perjalanan pulang yang tadinya 17.20 WIB jadi diganti 20.30 WIB. Fix ini udah aku klik tinggal bayar. Bergegaslah ke Alfamart untuk pembayaran Traveloka. Sudah sampai ke Alfamart untuk bayar tiket sama Masnya di kasih struk pembayaran doang, “loh Mas tiketnya mana? Terus kalo mau Check in gimana caranya?” eh dia bingung “sebentar mbak aku tanya dulu.” Lah…Masnya belum ngerti, di panggilah teman karyawannya. “nanti tunjukin struk pembayarannya aja mbak kalau mau berangkat.”
“Nggak usah pake kode booking gitu?” kataku, eh dia juga masih bingung. “mungkin ini deh mbak kodenya” si mbaknya nunjukin di struk pembayaran. “oh gitu? Makasih” aku bergegaslah pulang dengan pikiran yang masih penasaran dan parnoan, duh…udah bayar kalo nggak jadi berangkat gimana ya. Kan uangnya lumayan gede tuh. Sampe rumah aku otak-atik lagi, eh ada kode bookingnya di bagian pesanan kereta trus juga dapat sms dan email. Baiklah, agak sedikit lega tapi karena aku orangnya parnoan banget sih. Aku googling aja terus menerus gimana caranya cetak tiket mandiri di stasiun, aku juga lihat youtube cara pesan tiket kereta di Traveloka dan cara pembayarannya karena takut salah. Eh, ternyata yang aku lakukan sudah benar. Aku masih parno di keretanya bagaimana duduknya takut salah, masuk keretanya takut salah tujuan.
Hari ini aku googling lagi tuh, tanggal 6 Mei 2018 aku baca-baca cara sudah booking tiket kereta api di traveloka sampe keberangkatan bagaimana. Dan ada salah satu artikel aku baca untuk segera di cetak dan tidak boleh lebih dari 12 jam, waduh…aku parno lagi deh. Aku langsung aja ngajakin Adek yang lagi leyeh-leyeh manja tidur siang untuk pergi ke stasiun. Joslah pergi secepatnya kurang lebih 30 menit sampai di stasiun deh, eh si Adek malah salah parkir motor, nggak ambil karcis parkir terus si adek balik lagi untuk minta dipenjaga parkir. “lah…motor mah nggak usah minta karcis” kata bagian karcis. Ya sudah aku masuk stasiun. OMG…aku melankolis lihat orang pada berpelukan untuk melepas kepergian di kereta. Sedih deh sekaligus lebay sih. Aku mulai fokus lagi ke permasalahan yang sedang aku hadapi, bingung nanya ke siapa ya? Ah, aku dengan pede-nya masuk ke ruangan costumer service, “sudah ambil antrian mbak?” kata siswa yang lagi bertugas PKL (Praktek Kerja Lapangan). “Belum” kataku. “Mari aku anter” serba online deh kali ini, berhubung ini baru pengalaman pertama jadi kelihatannya ribet sih. 

Masuklah aku di bagian costumer service karyawannya ramah, “ada yang perlu saya bantu mbak?” katanya. “begini mbak aku kan sudah pesan tiket di traveloka, nah untuk cetak e-tiketnya di mana ya? Untuk hari Rabu sih tanggal 9 Mei”
“boleh aku cek nomor bookingannya mbak?” aku serahinlah handphone ke si mbaknya.
“oh, mbak nanti nge-klik aja di mesin warna orange
Aku tanya lagi deh, “kalau untuk perjalanan pulangnya bisa ambil e-tiket di stasiun yang sama Mbak?”
“Kalau untuk pulang ambil e-tiket di stasiun yang akan pulang Mbak.” Baiklah aku agak sedikit paham sih prosedurnya.
Aku nurutin si mbak tadi, masih bingung kan ngekliknya gimana, aku suruh aja siswa yang lagi PKL untuk ngetikin, ternyata mudah langsung keluar itu tiket. Karena masih penasaran aku tanya lagi deh sama siswa itu, “Neng kalo udah di cetak nanti tinggal masuk aja ya?”
“Iya mbak tapi ke boarding pass dulu” sedikit siswa itu menjelaskan. Baiklah, aku langsung pulang dan agak sedikit tenang. Eh, sampe rumah nih kepikiran lagi duh…kalo nanti saat keberangkatan bermasalah di boarding pass bisa gawat, nggak jadi gimana? Mungkin aku nih parnonya udah akut ya. Sebelum perjalanan hari Rabu, 9 Mei 2018 mungkin aku masih kepikiran dan nggak bisa tidur terus. Nantikan ya perjalananku ke Jakarta, bermasalah atau nggak? Bismillah lancar. Nanti aku akan cerita lagi setelah hari rabu ya.
Hari Rabu, 09 Mei 2018 sekitar pukul 5.40 WIB aku berangkat dari rumah menuju stasiun dengan keadaan hati yang kacau pikiran parno, butuh waktu 30 menit dari rumah ke Stasiun Jatibarang (Indramayu). Sampailah pada Stasiun Jatibarang dengan diantar oleh Bapak. Lalu kami langsung ke boarding pass, alhamdulillah sampai boarding pass lancar-lancar aja tidak bermasalah, tinggal kepikiran di Stasiun Gambirnya saat pulang nanti. Iya, saya berangkat dari Stasiun Jatibarang-Jatinegara dan pulang dari Stasiun Gambir-Jatibarang. Setelah ke boarding pass aku masuk ke pintu keberangkatan menunggu kereta Cireks (Cirebon Ekspres) tiba, eh ternyata bertemu dengan rekan kerja mengantrakan istrinya pergi ke Jakarta juga dengan gerbong yang sama dan turun di Stasiun yang sama yaitu Jatinegara, agak lega sih turunnya nggak culun-culun amat nanti.
 Waktu menunjukan pukul 6.23 WIB kereta sudah datang, kami berpamitan pada Bapak  ke Jakarta. Kami langsung naik dan mencari tempat duduk, akhirnya kami jadi ke Jakarta. Aku masih aja katrok, di saat penumpang lain bawa makanan di kereta, lah aku dengan cupunya nahan lapar, ya mau nggak mau beli air minum dan makanan di kereta. Aku tengok di samping kananku ibu-ibu yang akan ke pasar Tanah Abang bawa makanan banyak banget, udah gitu berisik banget foto sana-sini dengan teman-temannya. Apa mungkin aku pesannya yang ekonomi bukan eksekutif atau bisnis?
Kurang lebih 2 jam 30 menit perjalanan Indramayu-Jakarta, aku menikmati perjalanan naik kereta. Menikmati kelancaran nggak macet, dihargai, ya karena kalau ada kereta lewat kan mobil, motor di jalan pada berhenti gitu. Setelah 2 jam 30 menit sampailah di Stasiun Jatinegara, turunnya bisa bareng dengan istrinya rekan kerjaku, dan kami berpisah di stasiun karena beliau akan naik KRL sedangkan aku menunggu jemputan sepupu yang siap mengantarkan ke Cikini kebetulan sepupuku ojek online. 
capangker.com
Welcome to Jekartdaah… gitu kan kebanyakan orang kalau on the way Jakarta. Setelah aku telponin, eh ternyata sepupuku sudah sampai duluan. Dia siap mengantarkan aku ke Cikini. Sekitar 30 menitan dari Stasiun Jatinegara ke Taman Ismail Marzuki, di jalan kami ngobrol banyak hal dengan sepupu yang sudah lama nggak pulang karena kesibukan kerja di restoran dan ojek online, nggak kerasa sudah sampai. Sepupuku bilang kalau sudah selesai tinggal hubungi aja nanti bisa di jemput. Baiklah… aku nikmati Taman Ismail Marzuki yang sekian lama baru bisa datang lagi, menikmati seni, sastra yang luar biasa, makan di dekat IKJ dengan soto betawi yang super yahud enaknya.  Adekku sepertinya mulai agak bosen karena dia tidak terlalu suka dengan sastra, dia ingin banget rasain nge-mall di Jakarta. Oke, baiklah… aku googling mall yang dekat dengan Cikini, keluarlah beberapa pilihan dan pilihanku tertuju pada Atrium Plaza. Transportasi cukup dengan transportasi online, mungkin perbedaannya kalau di Jakarta menunggunya agak lama karena di jalanan macet dan bisa jadi tarif di naikan karena macet. 
kumparan.com


Sekitar 10 menit dari Taman Ismail Marzuki ke Atrium, dengan rasa yang dag dig dug karena pertama kali naik transportasi online di Jakarta, pikiran parno menyelimuti pikiranku lagi, karena sempat baca berita di sosial media sebelum berangkat ke Jakarta ada yang di begal dalam taksi online, aku screenshot deh beritanya beserta plat nomor mobilnya. Alhamdulillah, Allah itu Maha baik kami selamat sampai Atrium, Bapak supir taksi online itu mengantarkan sampai depan lobby. Emang dasar katrok banget sih lihat Mall Jakarta murah-murah beli ini, beli itu mumpung di Jakarta kata Adek. Dan Adek bilang ke aku, dia ingin kuliah di Jakarta biar mewujudkan cita-citanya menjadi seorang model. Setelah muter-muter di Atrium tujuan kami berikutnya “Monas” ikon dari kota Jakarta. Abaikan tarif yang di naikan yang penting bisa sampai di tempat tujuan. Pesanlah transportasi online, kami menunggu di Lobby beberapa menit dan cukup lama sih, karena Jakarta selalu macet. 
Dengan plat nomor polisi yang sama seperti yang di pesan kami masuklah dalam mobil, supirnya humble banget ngajak aku ngobrol banyak tentang Jakarta, tentang tempat wisata yang setiap hari senin tutup. Aku jadi tahu kalau hari senin kebanyakan tempat wisata di Jakarta diliburkan, kata Bapak tadi karena hari minggu pengunjung cukup banyak. Aku takut aja di apa-apain di jalan karena aku cupu bukan di daerah sendiri yang tidak tahu jalan. Alhamdulillah, Allah Maha segalanya. Kami sampai di Monas, Bapak tadi menurunkan aku tepat sekali di dekat orang yang akan berdemo, wah… seru sekaligus ngeri sih. Ini pengalaman baru untukku. Kami masuk dari depan IRTI muter-muter nyari pintu masuk ke halaman Monas, jalan kaki sampe pegel banget sih. Nanya ke orang eh malah minta di ajak ikut demo, nanya ke petugas deh akhirnya. Kaki kerasa pegel banget, kami nikmati deh taman monas yang adem banget. Ada yang bersama keluarga, pacar, ada pula yang pepet-pepetan. Hehe… 

Aku kira menuju ke Tugu Monas cuma dengan jalan kaki, ternyata ada kereta yang siap mengantarkan ke Tugu. Udah kaki pegel banget tapi aku nikmati sih keindahan Monas sebagai pusat kota Jakarta. Semakin sore semakin ramai. Ada lagi kendala untuk masuk ke Tugunya gimana, muter-muter nggak ketemu. Kali ini nggak perlu tanya karena di depan aku ada orang yang bertanya duluan. Kami mengikuti dua orang yang juga akan masuk ke Tugu. Eh ternyata masuknya dari bawah tanah, bangunannya sungguh luar biasa sih, ini gimana bangunnya ya sempat mikir juga. Berharap naik sampai ke tugu emasnya tapi cuma bisa sampai cawan karena tiketnya habis. Liburan murah meriah beserta edukasi sih ini, potretnya dapat, edukasinya juga bertambah. Nggak cuma ngerasain capek aja tapi kita punya ilmu yang di dapat. Kami cukup lama menghabiskan di Monas hingga malam. Karena malam di Monas jadi semakin lebih indah sih. Mencari oleh-oleh miniatur Monas yang murah meriah. Setelah Isya kami bergegas ke stasiun, sepupuku menelponku akan jemput di Cikini, eh aku udah di Monas dan dekat dengan Gambir, tap aku lebih memilih taksi online lagi sih karena jalan kaki sudah kerasa capek banget. Supir taksi online-nya juga merasa heran karena jarak antara Monas dan Stasiun Gambir kan dekat, katanya barangkali mau di cancel karena menunggu lama dan terjebak macet. Aku bilang, tetap menunggu aja karena masih lama juga kalau menunggu di stasiun. Ya, jadwal keretaku sekitar pukul 20.30 WIB. Kami menunggu taksi online depan IRTI dengan orang-orang yang juga menunggu, ada pula yang mau ke studio indosiar nonton acara dangdut. 

Setelah beberapa menit datanglah taksi online, dengan supir yang baik orang Bandung. Dia mengantarkan aku dan Adek sampai depan pintu masuk stasiun, Alhamdulillah… kami langsung bergegas mengurus e-tiket di tiket mandiri, lumayan antri karena besok hari libur paskah. Jadi banyak yang mudik. Dengan tangan yang gemeteran aku ngetik kode booking kok susah, eh kata mas yang di belakang, “mbak itu tanda centangnya belum di klik” oh iya aku kurang teliti. Alhamdulillah… sudah di cetak tanpa kendala, tinggal masuk ke boarding pass menunjukan tiket, KTP beserta kartu pelajar Adek. Kami akhirnya masuk dan mencari terminal berapa dengan berulang kali bertanya petugas kami sampai. Petugas kereta yang baik itu sampai menemani aku naik lift hingga sampai lokasi menunggu Alhamdulillah tiada henti mengucap rasa syukur. Kami menunggu dan membeli jajanan untuk oleh-oleh dan ganjal perut di kereta karena sampai Jatibarang sekitar pukul 23.00 WIB. Kami menunggu duduk di kursi di atas peron sambil menikmati lampu Ibukota beserta Ikonnya.
Monas dari Stasiun Gambir
Tidak lama kemudian kereta Cirebon Ekspres datang, kami mencari gerbong 3 ekonomi. Adek dengan semangatnya mencari lalu masuk dan mencari tempat duduk. Sekitar 30 menitan kereta berhenti. Alhamdulillah… mencari tempat duduk tidak sulit. Nomornya pun hampir sama seperti saat berangkat cuma bedanya ketika pulang kereta jalannya mundur itu Adek dibikin terheran-heran dan katanya pusing, perjalanan yang cukup lucu sih ini. 
Setelah perjalanan 2 jam 30 menit kami kembali ke Indramayu dan sampai di stasiun jatibarang lagi dengan selamat, Alhamdulillah… Allah Maha baik senantiasa melindungi. Semoga senantiasa melindungi. Dan perjalanan Jakarta menyimpan banyak cerita dan mungkin tidak perjalanan Jakarta saja, di setiap perjalanan sekalipun pasti banyak menyimpan cerita. Tapi ini yang menurutku menarik saja. Orang-orang Jakarta masih banyak yang baik dan jujur. Bersyukur Alhamdulillah… Pesannya untuk para Traveler tetaplah jaga diri dan selalu minta perlindungan sama Allah. Happy Travelling.


 



 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar